Rabu, 26 Agustus 2015
Gule Pli’ U
Makanan Khas Aceh ini terbuat dari berbagai macam sayuran yang dimasak
dengan bumbu yang khas yaitu Pli’U (Kelapa yang telah dibusukkan)
Mie Aceh
Buat pencinta masakan yang pedas, Mie Aceh harus dicoba. Dicampur dengan
sayuran segar dan bumbu-bumbu lainnya seperti, bawang putih, bawang
merah, cabe dan lain-lain. Mie Aceh memiliki rasa yang lezat dan
menantang. Biasa dicampur dengan kepiting, udang, telur, gurita dan
daging sapi.
Resep Udang Bakar Madu Pedas
Resep udang yang ini sangat praktis Ladies. Rasa udang yang sudah gurih akan berpadu sempurna dengan rasa saus manis. Simak resep lengkapnya hanya di sini Ladies.
Bahan-Bahan:
- 250 gram udang
- 1 buah jeruk nipis
- 1 siung bawang putih, iris halus dan tumis
- 2 sdm margarin
- 1 sdm kecap manis
- 1 sdm saus tomat
- 1 sdm saus sambal
- 2 sdm madu
- gula dan garam secukupnya
Cara Membuat:
- Cuci bersih udang dan buang kulit dan kepalanya.
- Peras jeruk nipis di atas udang dan biarkan 5 menit.
- Lelehkan margarin dan campur bawang putih goreng, saus tomat, saus sambal, kecap, madu, gula dan garam.
- Tusuk udang dengan tusuk sate dan rendam dalam bumbu.
- Diamkan agar meresap.
- Bakar udang dan olesi dengan sisa saus.
Selamat mencoba Ladies.
Resep Udang Goreng Telur Asin Lezat
Udang goreng mungkin sudah biasa. Tapi kalau udang yang digoreng dengan balutan tepung yang dicampur kuning telur asin, sudah pernah coba belum? Berikut ini ada resep membuat udang goreng telur asin lezat yang patut Anda coba. Selengkapnya, yuk simak info lengkapnya di bawah ini.
Bahan-Bahan
700 gram udang
60 gram tepung maizena
garam dan lada bubuk secukupnya
225 gram mentega
1 buah bawang putih, dirajang
6 buah telur asin rebus (ambil bagian kuningnya saja)
minyak goreng
Cara Membuat
1. Hancurkan kuning telur asin hingga lembut, sisihkan.
2. Campurkan tepung maizena dengan garam dan lada bubuk.
3. Bersihkan udang, lalu baluri dengan adonan tepung kering.
4. Panaskan minyak di wajan, goreng udang hingga matang, tiriskan.
5. Tumis bawang putih dengan mentega hingga beraroma harum.
6. Masukkan kuning telur asin ke dalam tumisan, campur rata.
7. Masukkan udang goreng, aduk hingga semua tercampur rata.
8. Matikan api, sajikan selagi hangat.
Mudah sekali kan membuatnya? Selamat memasak, Ladies!
Senin, 24 Agustus 2015
Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga
Sejarah Tapaktuan dengan Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga
Tapaktuan sangat terkenal dengan sebuah Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga.
Cerita tersebut sangat hidup didalam masyarakat disana. Cerita ini
sangat mudah untuk dapat kita dengar dari A sampai Z. Adapun Legenda
tersebut dibarengi dengan ornamen ornamen yang memiliki bentuk dan rupa
seperti yang tersebut di dalam cerita tersebut. Ada baiknya saya
ceritakan sedikit tentang Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga itu.
” Alkisah, dizaman dahulu kala, di Aceh
Selatan hidup sepasang naga . Sepasang naga ini, memiliki anak perempuan
yang disebut Putri Naga atau Putri Bungsu. Putri ini cantik jelita.
Putri nan rupawan ini, menurut cerita didapat dari laut kepas disaat
selesai badai dahsyat yang menenggelamkan sebuah kapal dari daratan
cina.
Konon, pada saat itu, sepasang naga tersebut sedang menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan
tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah
laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu
kian mendekat ke arah sang naga disebabkan oleh arus gelombang laut. Si
Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam itu. Ketika
titik hitam itu semakin mendekat, Sang Naga melihat adanya kayu pecahan
dari sebuah kapal dan diantara kayu-kayu tersebut terdapat seorang bayi
mungil tersangkut diatas kayu yang mengapung.
Bayi mungil ini terapung-apung
dipermainkan ombak hingga akhirnya sepasang naga itu menolong dan
mengasuhnya disarang mereka. Karena sepasang naga tersebut tidak
mempunyai keturunan lalu bayi mungil itu mereka jadikan sebagai anak
pungut dan diberi nama dengan Putri Bungsu atau lebih dikenal dengan
nama Putri Naga. Syahdan, sepasang naga dan si putri bungsu mendiami
sebuah daratan disekitar Desa Batu Itam (nama sekarang-red) Kecamatan
Tapaktuan Aceh Selatan.
Memang pada masa itu memang sering
terlihat masuknya kapal – kapal dagang dari negeri asing ke wilayah Aceh
Selatan untuk membeli rempah-rempah yang tumbuh subur didaerah
tersebut. Menurut cerita, nilam, cengkeh dan pala merupakan komoditi
yang paling banyak terdapat di daratan Aceh Selatan, makanya lalu lintas
perairan dikawasan itu cukup ramai.
Kembali
kecerita, Sepasang naga itu sangat senang mendapatkan putri berbentuk
manusia. Dengan suka cita sepasang naga tersebut mengasuh dan merawat si
putri. Sementara itu, setelah selamat dan menepi kedarat orangtua
kandung si Putri (asal dari cina –red) begitu sedih kehilangan
buah hatinya setelah perahu mereka kandas dihempas badai dahsyat. Mereka
berpikir bahwa anak perempuan kesayangannya sudah hilang tenggelam
dalam laut, sehingga dengan perasaan pilu (menurut cerita) merekapun
kembali kenegeri asal dengan menumpang kapal dagang lain.
Kedua Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina
selalu memeluk putri kecil itu dalam cengkeramnya agar tidak hilang.
Layaknya anak-anak, Putri bungsu setelah sadar dari pingsannya,
ketakutan dan menangis sejadi-jadinya begitu melihat sosok Naga yang
menyeramkan. Walaupun sedih, sepasang naga tersebut berupaya agar Putri
bungsu tidak merasa ketakutan dan mau menerima mereka sebagai keluarga
barunya. Seiring waktu, Putri bungsu akhirnya menerima keadaannya dan
bergaul dengan hangat dengan sepasang naga tersebut.
Saking sayangnya pada Putri Bungsu, naga
jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Mulai dari
tempat pemandian si putri hingga tempat – tempat lainnya dipenuhi agar
Putri Bungsu suka dan tidak pergi dari mereka. Semua Semua itu dilakukan
agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka.
Begitulah, sementara itu waktu terus
bergulir. Putri Bungsu pun sudah merangkak remaja. Kedua ekor naga
tersebut sangat memuji akan kecantikan Putri Bungsu. Matanya sedikit
sipit, kulit yang putih serta pembawaannya yang anggun membuat sepasang
naga makin sayang kepada Putri Bungsu. Mereka sangat memanjakan sang
putri. Sementara itu, Putri Bungsu yang bertahun-tahun tinggal dan
menetap bersama dua ekor naga dalam sebuah gua mulai merasa tidak betah.
Berkali-kali dia meminta pada ‘orangtua asuhnya’ agar diperkenankan
untuk melihat daratan dan melihat orang-orang, namun kedua naga tidak
menyetujui. Dalam anggapan mereka, apabila si putri diizinkan keluar,
maka kemungkinan untuk ditinggalkan sudah tentu ada. Itulah sebabnya
Putri Bungsu tidak pernah dibawa ke daratan.
Hingga pada suatu hari, Putri Bungsu
bertekat untuk segera meninggalkan kediaman orang tua asuhnya tersebut.
Niat untuk melarikan diri ini pun dirancang dengan matang sehingga kedua
naga yang cerdas itu tidak mengetahui. Hari demi hari terus berlalu,
Putri Bungsu yang jelita semakin patuh pada aturan sang naga. Hal ini
membuat sepasang naga yakin dan percaya bahwa si putri tidak akan
meninggalkan mereka. Oleh karena itu, sering terlihat sepasang naga
pergi mengarungi lautan dan meninggalkan Putri Bungsu sendiri di goa
kediaman mereka.
Putri Bungsu bukanlah gadis yang bodoh.
Walaupun sering ditinggalkan sendiri sehingga peluang untuk pergi
terbuka, tapi demi menjaga kepercayaan sang naga kepadanya, dia
membiarkan keadaan tersebut berlangsung. Bahkan, pada suatu hari ada
terlihat sebuah kapal yang melaju agak dekat dengan kediamannya. Dalam
hatinya merasa sangat gembira manakala terlihat olehnya manusia-manusia
yang berpakaian rapi berdiri dianjungan kapal. Saat itu dengan berani,
Putri Bungsu mulai sering menampakkan diri dipenggir goa agar
kehadirannya disitu menjadi perhatian setiap kapal yang lewat.
Hingga pada ketika, disaat sepasang naga
berpamitan untuk pergi agak lama sehingga harus meninggalkan sang putri
sendirian digoa. Putri Bungsu sangat girang karena dalam kurun waktu
tersebut, rencana untuk melarikan diri akan terlaksana. Begitulah,
setelah puluhan kilometer naga berlalu, ada sebuah kapal berlayar dan
kebetulan sudah menyaksikan keelokan sang putri dan nakhkoda kapal pun
segera bersandar didekat pulau itu kemudian membawa Putri Bungsu
berlayar. Biasanya, setiap kapal tidak berani dekat-dekat dengan pulau
tersebut karena sering bertiup angin kencang dan sering membuat awak
kapal sangat kerepotan menjaga agar tidak tenggelam. Hal ini disebabkan
oleh ulah kedua naga itu yang tidak ingin tempat mereka didekati.
Setelah Sang Putri berlayar, ditempat
lainnya, Naga betina merasa hatinya tidak nyaman sehingga memutuskan
untuk kembali kekediaman mereka. Namun betapa bingungnya kedua naga itu
karena keberadaan putri bungsu tidak terlihat. Seluruh sudut pulau itu
mereka susuri namun Putri Bungsu sudah hilang. Naga Betina sangat sedih
sementara itu naga jantan marah.
Akhirnya diputuskan untuk mencari Putri
Bungsu dilautan lepas. Sasaran mereka adalah kapal-kapal yang lewat.
Kebetulan dilautan terlihat sebuah titik hitam yang melaju dekat dengan
sebuah pulau besar. Dengan segera kedua naga tersebut mengejarnya.
Setelah mengintai, mereka melihat Putri Bungsu berada disana. Kedua naga
sangat marah, mengira Putri mereka diculik manusia sehingga kapal dan
seluruh penumpang menjadi terancam. Dengan ketakutan, seluruh penumpang
kapal berteriak – teriak. Angin membawa teriakan mereka pada sebuah goa
yang bernama Goa Kalam. Didalamnya terdapat seorang tua yang sedang
bertapa. (Tidak ada keterangan yang jelas siapa nama sebenarnya dari
tokoh ini-red). Orang tua ini disebut dengan Tuan Tapa. Tuan tapa yang
mendengar jeritan dan teriakan ketakutan merasa tidak tentram. Lalu,
Tuan tapa mengambil tongkatnya dan keluar dari goa. Dengan kesaktiannya,
Tuan Tapa melihat dengan jelas ditengah lautan terjadi perkelahian
antara sepasang naga dengan penumpang kapal.
Tanpa menunggu, Tuan Tapa kemudian
merubah ukuran tubuhnya menjadi besar. (menurut cerita, laut didaerah
Tapaktuan hanya sebatas pinggangnya -red). Setelah itu dengan pesat,
Tuan Tapa menengahi perkelahian yang tidak seimbang itu. Namun sepasang
naga yang sudah kalap berbalik menyerang Tuan Tapa. Karena terjadi
gelombang besar akibat gerakan sepasang naga itu, Kapal pun terlempar
jauh. Perkelahian antara sepasang naga dengan Tuan Tapa berlangsung
seru. Bertubi – tubi kedua naga menyemburkan api dari mulutnya sementara
ekor dan cakar mereka tidak ketinggalan menyerang. Begitulah, berkat
kesaktian dari Tuan Tapa, semua serangan sepasang naga berhasil diredam.
Akibat perkelahian itu, Pulau besar yang berada ditengah laut pun hancur dan terpisah-pisah menjadi 99 buah (selanjutnya disebut dengan Pulau Banyak, pulau ini berada di kabupaten Aceh Singkil)
Hingga pada suatu ketika, Tongkat Tuan
Tapa berhasil mengenai tubuh naga jantan sehingga hancur terberai.
Darahnya memancar keluar, sebagian besar terpencar ke bagian pesisir dan
membeku (Selanjutnya tempat dimana darah naga itu tumpah disebut dengan Desa Batu Sirah atau Batee Mirah). Sementara hati dan jantungnya juga tercampak kepesisir (daerah ini disebut dengan desa Batu Itam atau Batu yang menghitam -red). Naga Jantan mati dengan tubuh hancur.
Melihat pasangannya mati, Naga betina
ketakutan lalu melarikan diri. Demi menghindar dari kematian, Naga
Betina yang panik lari tanpa tujuan dan menabrak sebuah pulau lainnya
sehingga pecah menjadi dua pulau (selanjutnya disebut dengan Pulau Dua, berada diwilayah laut Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan).
Sementara itu, akibat dari pertempuran
antara sepasang Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa
tongkat. Setelah dipugar, Tongkat itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan
Tapa.
Kemudian, Bagaimana nasib sang Putri?
menurut cerita, Sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya
manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya didaratan cina.
Dan Lagenda ini telah diperkuat dengan
beberapa bukti yang telah ditinggalkan oleh Si Tuan Tapa berupa Tongkat
dan Topinya yang berada di tengah laut Tapaktuan dan hanya bisa di lihat
dari sebuah gunung yang bernama Gunung Lampu menjelang pasang sudah
surut. Kemudian sebuah Tapak kaki dan makam Tuan Tapa yang ukurannya
besar.
Begitulah sedikit cerita tentang Legenda
Tuan Tapa dan Putri Naga dari Kota Tapaktuan menurut versi yang saya
kumpul dari beberapa tokoh masyarakat Aceh Selatan. Banyak versi yang
beredar didalam masyarakat. terlepas dari beragam versi tersebut
semuanya tidak lain hanya ingin memperkenalkan bahwa inilah Kota Naga,
Inilah Tapaktuan dengan legendanya yang hebat agar generasi mendatang
mengetahui tentang asal usul sebutan Kota Naga yang melekat dengan Kota
Tapaktuan.
Keterangan gambar:
1). Batu Merah, 2). Batu Itam, 3).Makam Tuan Tapa, 4). Goa Kalam, 5). Alu Naga dan 6). Bekas Tapak kaki tuan tapa.
Air Terjun Tingkat Tujuh Beraroma Pala
Air Terjun Tingkat Tujuh Beraroma Pala
Hawa sejuk pengunungan begitu kentara terasa saat berada di Desa Batee Itam, sebuah desa dengan jarak 3 km dari ibu kota Kabupaten Aceh Selatan, Tapaktuan.
Untuk menuju ke pemandian ini sangat mudah. Di bibir jalan nasional Meulaboh-Medan terdapat sebuah lorong dengan pamflet penunjuk arah (sebelah kiri arah Banda Aceh). Untuk mencapai lokasi butuh waktu sepuluh menit jalan santai dari titik nol pendakian.
Harum pala menyeruak sepanjang perjalanan ke sana. Tanaman idola para bangsa Eropa zaman dulu itu bisa anda saksikan sepanjang perjalanan. Jika berkenan, mintalah izin pada pemilik kebun untuk memetiknya.
Berada di ketinggian 30 mdpl, anda juga disuguhkan dengan spot menarik. Garis cakrawala membelah indah langit dan Samudra Hindia, begitu juga rumah-rumah pemukiman penduduk bisa disaksikan di atas bukit.
Gemercik air menggelitik telinga, aliran sungai mengalir di celah-celah batu.
Sensasi air dinginnya membuat anda tak tahan untuk menceburkan diri dan berlama-lama berendam di sini, di tingkat dua dari Air Terjun Tingkat Tujuh.
Ada bangunan yang terbuat dari kayu berdiri di sana, jika anda ingin melihat lanskap dari ketinggian dan berleha-leha sehabis mandi. Konstruksi kayu ini tidak dikelola untuk menjual makanan bagi pengunjungnya. Pemilik kebun sengaja membiarkan tempat ini kosong agar bisa dinikmati para pengunjung.Jika anda berlibur dengan keluarga ada baiknya membawa perlengkapan makan, apalagi jika ingin bakar ikan, karena kayu bakar pun sangat mudah ditemui di lokasi.
Sesuai dengan namanya, Air Terjun Tingkat Tujuh terdiri dari tujuh tingkat.
Tingkat pertama, dua, tiga, empat sampai tujuh terpisah satu sama lain. Tingkat satu sampai empat terletak bersisian, sementara untuk tingkatan selanjutnya anda harus mendaki lagi dengan menelusuri aliran sungai.
google.com
Main ke Pantai Air Dingin di Tapak Tuan, Aceh Selatan
Main ke Pantai Air Dingin di Tapak Tuan, Aceh Selatan
Bebaslepas.com
– Hei kalian tukang jalan-jalan.. kali ini bebaslepas akan sedikit
bercerita ketika liburan di Aceh Selatan, tepatnya di kota Tapak Tuan.
Ada apa di Tapak Tuan? Tempat wisata apa yang bagus kita kunjungi?
Markibas.. mari kita bahas.
Pertama, kita harus tau dulu dimana letak
kota Tapak Tuan. Kota ini letaknya di pesisir barat provinsi Aceh.
Kalau gak kebayang juga, cek aja google maps :D
Nah bebaslepas berangkat dari kota Medan ke Tapak Tuan total waktu yang
ditempuh sekitar 8 jam dengan jarak 400km. Dan itu naik motor, biar
asik.
Kondisi jalan kesana super mulus. Kecuali
dari Sidikalang menuju Subulussalam yang memakan waktu karena jalannya
berkelok dan banyak lubang. Selebihnya lancaaar. Kami tiba di kota Tapak
Tuan sore hari. Sayang… sunsetnya nggak dapat. Langitnya berawan men,
matahari ketutupan sama awan-awan tebal. Yaudah, perjalanan kita
lanjutkan besok aja.
Oke, pagi pun tiba. Rencana hari ini pengen ke pantai. Ya iyalah, sepanjang Tapak Tuan yang ada pantai :mrgreen:
Jadi jalanan disana mengikuti pesisir dari pantai. Keren lah pokoknya,
kita bisa ngeliat hamparan laut yang luas. Bebaslepas pergi menuju
Pantai yang namanya Pantai Air Dingin.
Maksud dari Pantai Air Dingin ini
mungkin.. ada aliran sungai yang mengalir ke laut. Jadi diibaratkan ada
air dingin yaitu air sungai yang mengalir ke laut. Gimana kondisi
pantainya? Okeh, keren cuy. Airnya biru, bersih, pasirnya kecoklatan.
Disini lautnya agak serem, ombaknya lumayan besar. Maklum lah laut
lepas, mau mandi pun harus hati-hati.
Nah karena ada sungai yang ngalir ke
Pantai itu, ya otomatis kita harus ke hulu sungainya juga dong. Nggak
jauh dari situ, tepatnya di seberang jalan ada air terjunnya men.
Yaudah, abis puas main-main gak jelas di pantai, kita lanjutkan main ke
air terjun. Air terjunnya gak terlalu tinggi tapi kita bisa puas mandi
disini. Airnya jernih, banyak batu besarnya juga. Foto-foto lengkapnya
bisa dilihat di galeri bawah yak.
Oke… pagi di Tapak Tuan kami habiskan
disini. Karena kurang banyak pengunjung (mungkin karena masih pagi) kami
bebas menikmati serunya Pantai Air Dingin dan air terjun disana. Kalau
main ke Tapak Tuan, tempat ini bisa jadi pilihan. Sekian dulu, selamat
menikmati.
Kota Tapaktuan Aceh, Antara keindahan Alam dan Cerita Rakyatnya
Kota Tapaktuan Aceh, Antara keindahan Alam dan Cerita Rakyatnya
Kategori: Kota & Daerah | Area: Aceh
Propinsi Aceh yang terletak disebelah paling ujung dari Indonesia yang memiliki destinasi wisata yang beraneka ragam. Propinsi Aceh
yang kental akan masyarakat yang agamis ternyata mempunyai sebuah kota
yang menjadi destinasi wisata dan mempunyai cerita rakyat yang
meninggalkan jejak sampai sekarang. Kota Tapaktuan
masih menyimpan banyak peninggalan jaman dahulu yang melegenda. Bahkan
cerita rakyat ini sampai dibuatlah sebuah buku cerita rakyat.Obyek Wisata
Kota Tapaktuan yang terletak di Kabupaten Aceh Selatan ini mempunyai luas 92,68 kilometer persegi dan mempunyai jumlah penduduk sekitar 22,343 jiwa. Pada saat bencan sunami tahun 2004 kota ini terlindung oleh Pulau Simeulue yang memecah ombak yang dahsyat dan mengurangi intensitas ombak sampai ke pesisir pantai. Kota ini menyimpan cerita legenda naga dan kenekaragaman wisata yang masyarakat belum banyak yang mengetahui.
Kota ini termasuk dalam kota iklim tropis basah karena berada diketinggian 500 mdpl, memiliki keanekaragaman keindahan alam, teluk yang indah dan gugusan pantai berkarang. Berbagai keindahan destinasi wisata ada disini seperti Pantai Teluk Tapaktuan dan Pantau Labuhan Haji. Selain itu ada juga wisata menarik lainnya. Yaitu, Wisata Air Dingin, Panorama Hatta, Pulau Dua, Genting Buaya, Ia Sejuk Panjupian, Air Terjun Twi Lhok, Batu Berlayar, atau Gua Kalam.
Kota Tapaktuan juga yang lebih dikenal dengan Kota Naga berasal dari sebuah legenda Putri Naga dan Tuan Tapa. Cerita legenda itu sudah menjadi cerita lisan secara turun menurun bagi warga Kota Tapaktuan. Suasana tersebut juga akan terasa sejak kita memasuki Kota Tapaktuan, sebuah lukisan naga yang terpampang di suatu tembok pinggir jalan.
Legenda tersebut mengisahkan 2 ekor naga yang diusir dari Tiongkok karena tidak mempunyai keturunan. Sepasang naga tersebut mendiami sebuah teluk yang sekarang terkenal dengan Teluk Tuantapa. Suatu hari sepasang naga tersebut menemukan seorang bayi perempuan yang terapung ditengah lautan, kemudian sepasang naga merawat bayi tersebut dengan kasih sayang dan beranjak dewasa menjadi seorang putri yang cantik. Suatu ketika datanglah sebuah kapal dari Kerajaan Asranaloka dari India yang dahulu telah kehilangan putrinya, sang raja mengenali gadis tersebut sebagai bayinya yang dulu terhanyut terbawa air laut dan hendak memintanya kembali kepada sepasang naga. Tetapi sepasang naga menolak dan terjadi sebuah perkelahian antara raja dan sepasang naga tersebut. Dalam perkelahian tersebut, Tuan Tapa yang terusik dalam pertapaannya mencoba melerai perkelahian dan meminta kepada sang naga untuk mengembalikan putri tersebut. Akan tetapi sepasang naga menolak dan mengajak bertarung Tuan Tapa. Terjadilah perkelahian antara Tuan Tapa, sepasang naga dan sepasang naga pun kalah dan sang putri dikembalikan kepada orang tuanya. Putri tersebut dijuluki sebagai Putri Naga dan kembali bersama keluarga, akan tetapi keluarga raja tidak kembali ke Kerajaan Asranaloka melainkan menetap di pesisir pantai. Keberadaan mereka diyakini sebagai cikal bakal masyarakat Tuantapa.
Naga jantan mati terbunuh dengan tubuh yang hancur, hati dan tubuhnya hancur membentuk batuan hitam yang berbentuk hati dan kini dikenal dengan batu Hitam. Darah nagapun berubah menjadi batu yang dikenal dengan batu Merah. Tuan Tapa pun juga meninggalkan jejak kaki yang sekarang masih ada dipesisir pantai, tongkat dan sorbanya membatu hitam beberapa ratus meter dari jejak kakinya. Melihat naga jantan mati, naga betina mengamuk dan membelah pulau menjadi dua yang sekarang dikenal dengan Pulau Dua. Pulau Terbesarpun menjadi sasaran naga amukan naga betina dan memporak-porandakan pulau tersebut menjadi 99 pulau kecil. Gugusan Pulau kecil tersebut dinamakan Pulau Banyak yang berada di Kabupaten Aceh Singkil.
Setelah kejadian itu, Tuan Tapa jatuh sakit, kemudian meninggal pada Ramadhan tahun 4 Hijriyah. Jasadnya dikebumikan di dekat Gunung Lampu, di depan Mesjid Tuo, Gampong Padang, Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan. Sampai sekarang ini makam keramat itu sering dikunjungi peziarah dari dalam dan luar negeri. Makamnya sendiri mengalami beberapa kali pemugaran semasa Pemerintahan Hindia Belanda.
Lokasi
Kota Tapaktuan berada di Kabupaten Aceh Selatan, Propinsi Nangro Aceh Darusallam.
Akses
Kota Tuantapa dapat ditempuh melalui jalur udara, jalur darat dan jalur laut. Apabila menggunakan jalur udara, dapat dituju melalui Bandar Udara Teuku Cut Ali Tapaktuan dari Bandar Udara Polonia Medan atau Bandar Udara Iskandar Muda di Banda Aceh. Dengan Jalur darat dapat ditempuh dari Kota Medan selama sekitar 8 jam perjalanan ke Kota Tuantaopa dan 3 jam perjalanan dari Meulaboh Aceh. Apabila menggunakan jalur laut bisa berangkat dari Pelabuhan Laut Sibolga Sumatera Utara, Pelabuhan Padang Sumatera Barat, Pelabuhan Sinabang di Semeuleu, Singkil, dan Pulau Banyak di Aceh Singkil.
google.com
Langganan:
Postingan (Atom)